Jumat, 18 Juli 2014

Happiness...

Saya bukan berasal dari keluarga kaya.
Saya dibesarkan dengan segala macam keterbatasan secara ekonomi.
Saya adalah anak kedua dari 4 bersaudara.
Saya juga bukan termasuk anak pintar di sekolah.
Prestasi saya biasa-biasa aja.

Pokoknya semua serba biasa-biasa aja deh..

Saya bertumbuh dengan pemikiran
"Gimana ya rasanya jadi anak orang kaya?"
Dan seribu pemikiran tentang hal-hal yang tidak saya punyai saat itu.

"What's good is not always right, what's right is always good."

Singkat kata..
Saya tumbuh menjadi orang yang selalu merasa tidak bahagia.
Apapun yang saya punyai atau apapun yang orang tua saya berikan selalu terasa kurang.
Selalu membandingkan apa yang saya punya dengan apa yang orang lain punya.
Selalu merasa bahwa mereka itu lebih bahagia dari saya.

Berpuluh tahun saya hidup seperti itu..

Sampai pada akhirnya, setelah saya menikah dan dikaruniai malaikat kecilpun saya masih merasa kalo kebahagiaan saya itu ada di luar sana, entah dimana.
Somewhere out there...
Karena pemikiran saya untuk mencari kebahagiaan diluar sana, akhirnya rumah tangga pun mengalami kehancuran.
Gak perlu diceritain detail kali ya..
Intinya rumah tangga saya hancur..
Pekerjaan saya hancur...

Dalam keadaan susah, jalan ke kiri dan ke kanan ditutup, mau maju susah, ke belakang pun gak bisa.
Baru deh...dengan malu-malu saya menengadah ke atas.
Minta pertolongan dari Dia.
Saat itu saya sadar, ketika Tuhan udah nutup keran berkat, gak ada seorangpun yang bisa membukanya.
Begitu juga sebaliknya..

Sekarang..
Keluarga saya udah dipulihkan.
Saya punya keluarga kecil yang selalu mendukung saya.
Istri yang selalu berdoa untuk suaminya..
Anak yang selalu memberikan semangat untuk papinya..
Orang tua yang bangga ketika membicarakan tentang anaknya..
Kakak dan adik yang mendukung dan menyayangi saya..

That's the most important thing for me...

Saya inget, bertemu teman yang udah lama gak pernah ketemu.
Dia bilang "gue tau duit di atm lo juga gak sebanyak taon lalu lah... tapi lo sekarang jauh lebih bahagia.."
Sedikit terkejut, tapi bener..
Dan di saat saya lagi down dan mengeluh tentang keadaan, ada lagi temen yang bilang begini "yop, berapa banyak orang yang pengen punya keluarga dan kehidupan seperti elo. Punya istri dan anak yang cantik dan taat beribadah, punya usaha yang berkembang dengan cepat.."
Rasanya seperti ditampar pake cermin..

I am happy...

Kebahagiaan itu bukan sesuatu hal yang dicari sampai ke ujung langit.
Kebahagiaan itu sebuah keputusan.
Ketika kita bisa bersyukur atas apa yang kita punya dan jalani.
Itu namanya bahagia..
Kita yang memilih untuk bahagia..

Dari semua perjalanan hidup yang udah saya lewati.
Ada kalimat yang bisa menggambarkan itu..

"When you choose to be happy, and make decisions about it. Everything will falls into places."

Yup...
Masih merasa gak bahagia sekarang?
Masih berusaha mencari?
Monggo..

The choice is yours..


Pemimpin atau Pimpinan?

Belakangan saya sering banget denger kata "leader/ship" di sekitar saya.
Entah di lingkup pekerjaan ataupun lingkup gereja tempat saya beribadah.
Sampai akhirnya saya berusaha mencoba cari tahu tentang leadership ini.
Apa sih sebenernya?
Kaya gimana sih sebuah leadership yang baik dan benar?

Jawaban yang saya temui baik di literatur ataupun yang berupa input dari orang-orang yang saya anggap mentor itu banyak dan bagus semua.
Beneran deh..
Apapun itu tentang leadership hampir semuanya bagus.

Akhirnya saya memutuskan untuk membuat definisi sendiri tentang leadership ini...

Kita harus bisa membedakan dulu mau jadi apa, pemimpin atau pimpinan?
Kalau mau jadi pimpinan mah gampang, usaha aja terus sampe punya anak buah atau pengikut yang banyak.
Bicara soal pemimpin..
Pemimpin atau leader itu bukanlah orang yang mempunyai anak buah atau pegawai atau pengikut yang banyak.
Seorang leader juga bukan orang yang mempunyai kekuasaan tinggi atau besar.
Tapi seorang pemimpin itu adalah orang yang harus lebih sering instropeksi diri dibandingkan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Dia harus mempunyai sikap mau belajar dan mau menerima masukan dari siapapun.

Lebih penting lagi..
Kalau kalian udah jadi pemimpin, buktikan juga di rumah.
Seorang pemimpin belum sah apabila dia belum menunjukkan kepemimpinannya di rumah.
Terhadap istri, anak, orang tua, dan anggota keluarga lainnya.
Pemimpin bukan orang yang galak, dia akan tegas apabila keadaan meminta dia untuk tegas.
Pemimpin itu orang yang mampu mengendalikan diri.
Pemimpin itu orang yang dimana mulutnya berkata, tangannya akan mengikuti.
Pemimpin itu orang yang punya integritas.

I'm still learning how to be a good leader..

Sebuah proses yang tidak akan pernah berakhir, karena kita harus selalu belajar.
Dan sudah seharusnya kita menikmati proses itu..

Akhir kata,
Setelah berpuluh tahun akhirnya saya mengerti juga peribahasa yang mengatakan:
"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama"
Kita bukan gajah, juga bukan harimau..
Nanti kalo kita mati pasti akan meninggalkan nama kok..
Masalahnya, mau nama baik apa nama buruk?
You choose..

Pengalaman, Rendah Hati, dan Percaya Diri

Belajar dan edukasi itu 2 hal yang berbeda.
Edukasi mengenal tempat dan waktu, ada batasan-batasan struktural kalau sudah menyangkut tentang edukasi.
Belajar... Nah! Belajar itu gak mengenal tempat dan waktu, kita bisa belajar apa aja dari siapa aja dan dimana aja.. keren kan :)
Bukan berarti saya menganjurkan kalian untuk gak mengikuti proses edukasi formal loh.. Itu perlu banget lah, kaga usah dijelasin.

Bicara soal belajar..
Tadi malam saya mendapat nasihat dari sepuh saya, orang yang saya hormati.
Beliau bilang seperti ini "Pengalaman itu seperti pedang bermata dua, jangan sampai salah menggunakan"
Maksudnya begini, jangan sampai pengalaman itu membutakan kita, menjadikan kita manusia sombong.
Sombong dan percaya diri itu bedanya tipis broh.. cuma sehelai rambut.

"Gue dulu yang bangun ini itu ono ene,dll,dsb.."
"Waktu jaman gue ngelakuin itu lo kemana aje soobbb.."

Yes..
Punya pengalaman baik atau buruk dan prestasi di masa lalu itu bagus..bagus banget malah.
Pengalaman adalah guru terbaik yang bisa kita dapatkan.

Tapi..
Pengalaman itu harusnya membuat kita jauh lebih berhati-hati dalam menentukan langkah kita.
Pengalaman itu harusnya membuat kita mensyukuri apa yang kita jalani dan punya sekarang.
Pengalaman itu harusnya dibagi ke orang-orang di sekitar kita.
Pengalaman itu bukan untuk disombongkan.
Pengalaman itu bukan untuk dijadikan senjata untuk memojokkan orang.
Pengalaman itu bukan untuk dijadikan bahan pembenaran.

Intinya..
Jangan sombong...
Kita bukan apa-apa dibandingkan sama yang diatas, yang udah memberikan kita tubuh, jiwa, akal, dan kepintaran.

Yes..
Kita harus jadi orang yang penuh percaya diri bukan orang yang sombong..
Kita harus yakin kalau kita mampu melakukan sesuatu yang besar..
Kita harus percaya bahwa kehadiran kita di dunia ini bukan tanpa maksud..

Akhir kata..
Seperti pepatah Serbia mengatakan:
"Be humble for you are made of earth, be noble for you are made of stars."

So.. are you going to be a man with confidence or just a snobbish bastard?
The choice is yours...